halaman depan

Pages

Monday, January 16, 2017

Sejarah Filsafat Barat


Renaisance berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Renaissance dalam filsafat adalah lahir dan berkembangnya budaya Yunani kuno yang dimulai pada akhir abad ke-14 dan menyebar dengan cepat pada abab ke-15 dan ke-16. Masa ini disebut renaissance dikerankan kembalinya poros pemikiran filsafat dari kungkungan dogma-dogma agama kepada subjek manusia(Humanisme), yang merupakan semangat kebudayaan Yunani kuno.
Renaissance memberikan kesadaran kepada filosof untuk menyusun pemikiran kontemporer menjadi satu sistem filsafat yang koheren. Pembangunan sistem pertama yang paling berpengaruh adalah Descartes, dan diikuti oleh Spinoza, Leibniz Locke, Berkeley dan Hume.
a. Descartes(1596-1650)
Descorets lahir di Inggris pada 1596, ayahnya seorang anggota perlemen Inggris. Ia pernah menetap menetap di Prancis(1612) dan menganut ajaran Galileo yang pada waktu itu masih ditentang gereja. Pada tahun 1629-1649 ia menetap di Belanda dan meninggal disana.
Perhatian utama Descartes adalah logika mengenai apa yang dapat diketahui, sehingga ia terkenal sebagai penggagas utama rasionalisme. Ia juga mempertanyakan hubungan antara badan dan jiwa. kedua pertanyaan ini merupakan substansi dari argumen filsafat selama 150 tahun setelah itu.
Descartes yang terkenal sebagai bapak filsafat modern ini menjadi juru bicara utama pada masa-masa peruntuhan pengaruh gereja(abad pertengahan). Ia mempertanyakan dan menyangsikan secara metodes makna dunia objektif tradisional yang selama ini diyakini gereja. Pada akhirnya ia sampai pada keyakinan de pense doncje suis(aku berpikir maka aku ada). Menurutnya subjek berperan mutlak dalam membentuk realitas.
Descartes mengemukakan bahwa sejak lahir manusia sudah mempunyai ide logis(idea innata). Berdasarkan itulah manusia mampu mencapai pengetahuan yang pasti. Ia memberikan aturan dalam penalaran logis, antara lain jangan menerima hal yang tidak eviden, uraikan persolan menjadi unsur-unsur persoalan, dan sistematis. Dalam menjajaki sesuatu yang dianggap benar, ia mengandalkan metode keraguan. Metode ini bukan bertujuan untuk mempertahankan keraguan, tapi bergerak dari keraguan menuju kepastian.
b. Spinoza(1632-1677)
Spinoza lahir di Belanda pada 1632 dan meninggal dunia pada 1677. Ia mengikuti pemikiran Descartes yang menggunakan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika, yaitu, berupa; Berapa substansi yang ada?, Apa itu?, Apa beda yang satu dengan yang lain? Bagaimana setiap substansi berinteraksi?, Bagaimana substansi itu muncul? dan apakah alam semesta ini mempunyai permulaan?.
Spinoza menjawab pertanyaan-pertanyaan itu menggunakan dedukasi metamatis ala Descartes. Ia memulai dengan meletakkan definisi-definisi, aksioma, aksioma, proposisi-proposisi, kemudian membuat pembuktian dan simpulan dari semua itu.
c. Leibniz (1646-1716)
Gottefried Eilhelm von Leibniz lahir di Jerman pada 1646 da meninggal pada 1716. Ia adalah seorang matematikawan, fisikawan dan sejarawan. Sejak berusia 54 tahun ia menggeluti masalah metafisika. Pusat metafisikanya adalah ide tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad(substansi itu sendiri).
Bagi Leibniz semua hal memusatkan pada substansi, alam semesta menurutnya merupakan substansimekanistis yang selalu bergantung kepada sebab. Secara sederhana mungkin bisa dikatakan konsep substansi bagi Leibniz adalah “setiap sesuatu harus mempunyai alasan”. Ia berpendapat bahwa substansi itu banyak, dan ia menyebutnya dengan monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain, dan Tuhan sebagai sesuatu yangsupermonad dan satu-satunya monad yang tidak diciptakan adalah pencipta monad-monad itu. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini terdapat di bukunya Monadology(Studi tentang monad), yang ditulisnya pada 1714.
1) Aufklarung(Periode Menuju Kebebasan dan Hak Azasi Manusia) Abad ke-18
Aufklarung berarti pencerahan. Sejarawan menggunakan istilah ini untuk mengungkapakan masa pengagungan terhadap manusia diwujudkan dengan gerakan reformasi sosial secara menyeluruh. Pencerahan ini dalam filsafat dimulai pada awal abad ke-18 di Inggris, kemudian pada pertengahan berkembang di Perancis, dan Selanjutnya Jerman pada penghujung abad tersebut.
Gerakan pencerahan ini bertujuan untuk mengimplementasikan semangat-semangat filsafat modern, dan berupaya keluar dari term-term kebudayaan budaya Yunani kuno yang hanya memusatkan perhatian pada problem-problem rasional semata. Sehingga pembicaraan tidak lagi fokus pada objek, yaitu ada tidaknya Tuhan, kebenaran, kebebasan, dan kenyataan tertinggi, tetapi lebih pada subjek, yaitu menyelidiki pikiran-pikiran manusia itu sendiri. Tokoh yang mengkampanyekan ide ini adalah Immanuel Kant(1724-1804), ia berpendapat bahwa pikiran manusia ada batasan-batasannya, sehingga menurutnya meneliti subjek adalah lebih mungkin daripada meneliti objek.
Pemikiran-pemikiran Kant kemudian dianut dan dikembangkan oleh filosof-filosof berikutnya, seperti F.W.S. Schelling, J.G. Fichthe, dll. Selanjutnya pemikiran Kant dan pengikutnya ini akan dijelaskan pembahasan tersendiri.
2) Periode Saintisme Modern (abad ke-19-20)
Periode ini dimulai sejak Immanuel Kant mempertanyakan keabsahan pemikiran Platonis yang hanya bersandar pada akal semata dan paradigma pemikiran Arestotelian yang hanya bersandar pada kekuatan indera. Dalam hal ini Kant menuangkan pendapatnya melalui dua karya besarnya Kritic der reinen Vernunft dan Kritic der practischen Vernunft. Ia mengatakan bahwa seluruh pengatahuan manusia tentang dunia memang berasal dari indera, tapi dalam akal juga terdapat faktor-faktor pasti yang menentukan bagaimana manusia memandang dunia disekitarnya.
Sejak saat itu, arah perkembangan filsafat cenderung menuju wacana positivisme. Sehingga puncak dari perkembangan ini adalah saintisme modern yang berbasis fenomenalis. Dengan kata lain periode ini filsafat seakan kembali kepihak objek, namun objek yang muncul dari kegiatan pengetahuan ini adalah objek inderawi, bukan objekspekulatif seperti yang terjadi pada abad pertengahan.

No comments:

Post a Comment